“Tunjukkan padaku sebuah keburukan yang tidak mengandung kebaikan di dalamnya, atau sebaliknya. Seseorang yang hendak membunuh tiba-tiba berhasrat untuk berzina, akibatnya dia tidak jadi membunuh. Benar bahwa zina adalah perbuatan tercela, tapi ia menjadi penghalang bagi terjadinya pembunuhan. Pada sisi inilah zina mengandung unsur kebaikan...” Siapa yang tidak kenal dengan Jalaluddin Rumi? Selain seorang sufi, beliau juga seorang yuris, teolog, sekaligus penyair masyhur dari abad ke-13 yang karya-karyanya telah menarik banyak pencari spiritual selama ratusan tahun di seluruh belahan dunia. Karya-karyanya pun telah menembus sekat-sekat gender, negara, dan bahkan keyakinan. Kitab Fihi Ma Fihi adalah salah satu masterpiece Rumi yang disampaikan dalam bentuk prosa, yang mana kebanyakan dari pembahasannya merupakan jawaban sekaligus tanggapan atas berbagai pertanyaan dari para sahabat dan murid beliau yang muncul dalam konteks dan kesempatan yang berbeda-beda. Di dalamnya anda akan diajak berselancar mengarungi 71 pasar yang memuat refleksi dan komentar terkait masalah akhlak, ilmu-ilmu ‘Irfan, dan juga masalah-masalah sosial keagamaan yang dilengkapi dengan tafsiran atas Al-Qur'an dan hadis. Membaca karya Rumi ini, akan kita dapati sebuah dunia yang sejuk, damai, ramah, dan nir-kekerasan. Seolah-olah berbagai bentuk kekerasan, kekejaman, serta wabah takfir (pengkafiran) dan tabdi’ (pembid’ahan) enggan untuk menampakkan diri dalam karya-karya beliau meski sejenak. Seperti halnya Matsnawi,Buku Fihi Ma Fihi juga merupakan sebuah karya abadi Rumi yang layak dikonsumsi oleh siapa saja yang sedang mengalami dahaga kedamaian dan keindahan agama-agama. Selamat membaca! “Ia bukan seorang Nabi, tetapi ia menerima kitab suci.” (Abdurrahman Jami’, sufi dan penyair dari Persia)